Senin, 28 November 2011

Kiat Berwirausaha dengan Pemanfaatan Sampah Kering


Medan, 14/3 (www.antarasumut.com) - Program lingkungan Medan Green and Clean (MDGC) yang disponsori PT Unilever Indonesia Tbk bekerjasama dengan Yayasan Bumi hijau Lestari, Pemko Medan, Badan Lingkungan Hidup dan Harian Waspada dan didukung penuh oleh Komunitas Ibu-ibu pengrajin produk daur ulang di Medan, Sabtu pagi, menggelar Medan Green & Clean 2009 mengajak kepada masyarakat mengenai kiat berwirausaha dengan pemanfaatan sampah kering di Lapangan Merdeka Medan.
Sinta Kaniawati, General Manager PT Unilever Indonesia,Tbk, mengatakan kepada wartawan, program ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab bersama masyarakat yang merupakan realisasi dari fokus utama dan komitmen kami dalam program Medan Green & Clean (MDGC). Dalam hal ini berupa pemberian edukasi melalui pendampingan dan monitoring program kebersihan dan pengelolaan sampah di masyarakat. Misi penting di balik kegiatan ini adalah upaya menggali potensi yang luar biasa dari para ibu rumah tangga untuk merintis usaha kecil dan menengah (UKM) sehingga mereka dapat memberikan kontribusi lebih bagi keluarga dan lingkungannya melalui serangkaian program pemberdayaan perempuan.
“Pada akhirnya mereka mampu menjadi panutan dan dapat memberikan motivasi bagi ibu-ibu lainnya untuk lebih maju.” katanya.
Sinta menambahkan, pengelolaan sampah didaur ulang menjadi produk trashion telah membuka pintu peluang ekonomi, memungkinkan ibu-ibu mendapat penghasilan tambahan bahkan mampu membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Salah satu pengrajin produk daur ulang, Yanti mengatakan, setiap hari membutuhkan rata-rata 10 kilogram sampah plastik sisa kemasan berbagai produk pembersih. Satu kilogram plastik setidaknya terdiri atas 60 kantong kemasan.
Yanti menambahkan, mengawali wirausaha ini dengan mengikuti berbagai pelatihan yang diselenggarakan oleh Unilever.
“Senang dan bangga sekali bisa bergabung dengan komunitas ini, selain bisa memiliki penghasilan sendiri, usaha ini juga bisa menolong ibu-ibu lain untuk mendapatkan penghasilan tambahan, dan yang terpenting lagi adalah kami turut serta menggerakkan kepedulian masyarakat di sekitar kami, untuk menciptakan lingkungan yang asri bersih dan nyaman”, ujarnya.

Pemanfaatan sampah kabel, kayu, dan kemasan minuman sebagai souvenir antik

”Bukan lautan hanya kolam susu, …kail dan jala cukup menghidupimu…..tongkat dan kayupun jadi tanaman…” Itulah penggalan lirik lagu dari Koes Plus. Apa maksud dari lirik lagu tersebut?  Benar, apapun kondisi ekonomi Indonesia saat ini, kalau kita mau berinovasi segalanya akan bisa terwujud. Alam dan bumi Indonesia sangat mendukung potensi yang kita miliki. Dengan sedikit sentuhan kreatifitas tangan kita, sampah pun bisa jadi ladang penghasilan bagi kita. Di luar sana banyak sekali orang yang meraup banyak keuntungan dari sampah. Sampah sangat melimpah sekitar kita, lalu bagaimana memanfaatkannya?

Pemanfaatan Sampah di SMK Negeri 7 Surabaya
Di SMKN 7 Surabaya terdapat 10 program keahlian. Setiap program keahlian tersebut menghasilkan banyak sampah. Seperti di program keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik, banyak membuang kabel-kabel bekas, di program keahlian Bangunan, membuang serbuk kayu, coral kecil, dan potongan kayu. Dari kantin sekolah pun juga menghasilkan banyak sampah dari kemasan minuman dan makanan ringan menjadi barang antik yang bernilai tinggi.
1.    Prosedur Pengolahan
Pemanfaatan sampah sekolah, dapat dilakukan di supermarket SMKN 7 Surabaya. Bermula dari sampah dan sisa buangan dari praktek jurusan di SMK Negei 7 Surabaya. Didukung oleh siswa dalam membantu pengolahan sampah di sekolah. Sekolah juga mengadakan pelatihan bagi siswa untuk mendaur ulang sampah tersebut. Pelatihan tersebut dapat diwujudkan melalui ekstra kurikuler atau Balai Pelatihan. Dengan begitu siswa dapat berlatih berwirausaha. Setelah itu, hasil olahan sampah akan di-display-kan di ruang pameran sekolah, setiap orang dapat melihat dan membelinya.

2.    Pemasaran
Pemasaran hasil olahan sampah ini dapat dilakukan dengan cara membuat ruang display sekaligus menjual kepada siswa, guru, karyawan dan komunitas sekolah yang lain termasuk peserta diklat yang hampir setiap bulan mengadakan kegiatan di sekolah. Dalam perjalanan nanti bisa didirikan stand yang khusus untuk mempromosikan hasil olahan sampah tersebut. Suatu saat sekolah akan membangun minimarket. Sudah banyak minimarket yang terisi dengan kebutuhan sehari-hari. Tapi, minimarket ini beda dengan lainnya. Di sini menyediakan berbagai macam souvenir yang bahan bakunya adalah sampah dari sekolah.

3.    Sasaran
Mengapa harus membangun minimarket di sekitar sekolah? Karena sasaran konsumen kita sudah ada yaitu siswa, guru, karyawan dan tamu diklat yang ada di SMK Negeri 7 Surabaya. Kita dapat menginformasikan pada mereka melalui mading sekolah atau sosialisasi di setiap program keahlian. Sasaran selanjutnya adalah masyarakat sekitar. Kita dapat menginformasikannya melalui brosur, promosi melalui SPG, dan lain sebagainya.

4.    Penggunaan hasil
Karena usaha ini bergerak di bawah pimpinan sekolah, maka hasil dari usaha ini layaknya digunakan untuk keperluan sekolah. Seperti perbaikan sarana dan prasarana di sekolah. Bayangkan hanya dengan sampah, SMK Negeri 7 Surabaya akan menjadi Branding.

Bidang Usaha dan Kegiatannya
1.    Pemanfaatan kabel listrik bekas
Sisa kabel listrik yang di pakai setelah praktek, dapat di manfaatkan untuk membuat       miniature atau aksesoris.

2.    Pemanfaatan limbah kayu
Di program keahlian bangunan ini membuang limbah berupa serbuk kayu, serat kayu, dan koral – koral kecil. Limbah tersebut dapat dikreatifitaskan menjadi hiasan dinding yang bernilai jual dan sesuai permintaan pasar.

3.    Pemanfaatan kemasan minuman (sampah kantin)
Memang terlihat tak berharga dan terbuang. Tapi sebenarnya ini dapat menjadi barang yang berharga. Dengan kreatifitas, kemasan minuman yang terbuang ini bisa menjadi tas yang menarik dan tidak terlihat jika terbuat dari kemasan bekas.

Banyak di pasaran yang memproduksi tas berbahan kemasan bekas, tapi itu nampak seperti iklan berjalan. Maka kita harus lebih inovatif dalam mengolah barang yang sesuai dengan permintaan pasar.

Kiat Pelayanan Konsumen
1.   Perhatikan    Permintaan     Pembeli
Dengarkan complain pelanggan dengan penuh perhatian. Jika pelanggan marah, kita harus   tetap tenang dan sopan. Lama – kelamaan mereka juga akan mengerti. Dan lebih penting lagi jangan biarkan pelanggan menunggu. Karena jika pelanggan menunggu, maka moodnya akan    semakin     jelek.
2.    Jaga    kebersihan
Kebersihan adalah sebagian dari iman. Mungkin slogan itu diterapkan dalam melayani konsumen. Pelayanan dengan standar tinggi belum cukup apabila kita tidak memperhatiakan kebersihan suatu tempat dan produk.
3.   Jaga    kualitas    barang
Meski hasil daur ulang sampah, kualitas barang dibutuhkan dengan cara, antara lain:
a.    Pertahankan pelayanan produk
b.    Memperhatikan keadaan produk yang dipasarkan
c.    Menjaga mutu bahan baku
d.    Pengemasan menarik
e.    Produk sesuai dengan permintaan pasar
f.    Merespon positif pada setiap konsumen
4.    Teknik penjualan
Dengan bersosialisasi ke kelas dan jurusan, kita dapat memperkuat jaringan sehingga kita dapat memperoleh banyak konsumen. Sosialisasi pada siswa yang merupakan sasaran pertama dalam menjaring pembeli.

Selain itu, pemasaran internet sangat berperan dalam memajukan marketing. Kerena pemesanan lewat internet bisa berpromosi secara sederhana, cepat, murah dan hasilnya maksimal.

Kesimpulan
Banyak cara bisa kita lakukan untuk menjadikan sesuatu jadi lebih bermakna. Sampah dan Sisa dari alat dan bahan praktek siswa di SMK Negeri 7 Surabaya bisa dijadikan contoh sebagai kegiatan yang memanfaatkan sampah menjadi peluang berwirausaha. Kritik dan Saran untuk revisi tulisan ini sangat kami harapkan. Semoga tulisan ini banyak bermanfaat. Amin. 


Lucyana Erlita, suka mendaur ulang “sampah”

Siapa yang suka dengan sampah??? Hhhhmmmm, tentu tak ada yang mau menyentuh sampah jika harus disuruh. Eitsss…. Tapi, tidak semua sampah adalah barang tak berguna. Sebagian dari sampah yang hendak dibuang, justru bisa dimanfaatkan kembali untuk dikemas sebagai produk anyar yang punya nilai ekonomi. Tak percaya? Coba, tanyakan saja hal ini pada Lucyana Erlita Purnama Putri, pemenang pertama lomba artikel FEKSI Jawa Timur.

Lucy, begitu ia karib disapa, yang menulis artikel bertajuk “Pemanfaatan Sampah Kabel, Kayu, dan Kemasan sebagai Souvenir Antik”, terbilang orang yang langka. Ia dan sejumlah kawan di sekolahnya, SMKN 7 Surabaya, kerap memanfaatkan sampah hasil praktikum di sekolah untuk didaur ulang menjadi produk souvenir kerajinan. Sampah sisa praktikum listrik, misalnya, ia olah menjadi souvenir bunga. Pun dengan sampah plastik pembungkus permen dan makanan, bisa dikemas ulang sebagai souvenir yang tak kalah cantiknya.

Belia kelahiran Surabaya, 18 Juni 1994, itu sehari-hari adalah siswi jurusan teknik komputer jaringan di sekolahnya. Buah cinta kasih pasangan Djoko Hadi Purnomo dan Irmina Kustin Romlah, ini berangan-angan ingin menjadi seorang pengusaha yang sukses. “Saya suka membuat sesuatu (produk) agar menjadi lebih berarti (bernilai ekonomi),” tutur remaja yang gemar menulis tersebut. Ia berharap FEKSI bisa terus berlanjut dan kian mampu menarik remaja di Indonesia untuk menjalankan kegiatan ekonomi kreatif. “Saya siap membawa nama baik Jawa Timur dalam grand final FEKSI yang akan datang di Jakarta,” pungkas sosok yang dikenal agak pendiam itu dengan wajah optimistik.

Dampak Polusi Sampah dan Lingkungan Kotor

Permasalahan mengenai sampah merupakan hal yang sangat membutuhan perhatian khusus karena sampah
menjadi persoalan nasional. Kegagalan dalam pengelolaan sampah berimbas pada menurunnya kualitas
kesehatan warga masyarakat, merusak estetika kota, dan dalam jangka panjang dapat mempengaruhi arus
investor ke daerah.
Bahkan menurut ahli kesehatan, polusi sampah mengakibatkan dampak buruk yaitu pertama, terhadap kesehatan.
Hal ini bisa mengakibatkan meningkatnya penyakit infeksi saluran pencernaan, kolera, tifus, disentri, dll karena
faktor pembawa penyakit tersebut, terutama lalat, kecoa, meningkat akibat sampah yang menggunung, khususnya
di TPA, meningkatnya penyakit demam berdarah, dsb
Pebuangan sampah yang selama ini banyak dilakukan adalah dengan ditumpuknya dipinggir jalan, lalu tim gerak
pembersihan sampah mengambil secara rutin, tapi bagaimana dengan masyarakat yang tinggal didaerah atau
rumahnya jauh dari jangkauan tim gerak pembersihan sampah. Mungkin ini yang menjadi pangkal masalah. Karena
tidak menutup kemungkinan masyarakat tersebut membuang sampah ke sungai-sungai terdekat atau hanya
ditumpuk begitu saja atau dibakar.
Pembuangan sampah-sampah ke sungai, akan menyebabkan pencemaran terhadap air sungai tersebut. Apalagi
ada juga yang membuang limbah manusia ke sungai. Apakah mereka tidak menyadari pentingnya air sungai bagi
kehidupan masyarakat di desa-desa. Pembuangan sampah dan limbah ke sungai akan mengakibatkan
terhambatnya proses air tanah.
Apalagi kalau ada sampah-sampah plastik yang tidak bisa diuraikan oleh tanah, akan mengakibatkan
menumpuknya sampah dan limbah. Disaat musim hujan tiba, sungai tidak bisa menahan air sungai yang deras dan
akhirnya terjadilah pengikisan tanah dan sangat tidak sanggup menahan tekanan air tadi dan lalu mencari daratan
baru, yang akhirnya meluap kepermukaan dan akan menyebabkan banjir.
Begitupun dampak dari sampah yang dibakar, mungkin pembakaran sampah di pekarangan rumah lebih praktis,
tapi dalam jangka waktu yang panjang cara seperti ini sebenarnya merugikan individu yang bersangkutan,
komunitas, dan lingkungan secara keseluruhan. Polusi yang kelihatannya sedikit ini lama-lama menjadi bukit,
karena polusi ini perlahan-lahan akan membuat sebagian orang yang seharusnya hidup sehat menjadi sakit, antara
lain sakit gangguan pernafasan.
Kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan hidup belum optimal bahkan cenderung banyak
masyarakat yang mengabaikannya. Sehingga hal ini banyak menimbulkan bencana seperti banjir, tanah longsor.
Bahkan lingkungan yang buruk juga menimbulkan berbagai macam penyakit di masyarakat seperti Demam
Berdarah ( DB), Chikungunya dan lain-lain. Untuk itu perlu penyadaran lebih mendalam kepada masyarakat agar
mereka mau dan peduli terhadap lingkungan hidup.
Lingkungan yang kotor dan polusi sampah inilah, yang menyebabkan masyarakat tidak menyadari hidup sehat dan
akhirnya melimpahkan masalah ke pemerintah setempat. Masalah lingkungan adalah masalah kita bersama yang
harus kita jaga kebersihan dan kesehatannya. Melalui perawatan rutin setiap hari jangan menunggu lingkungan
rusak dan merugikan kita bersama. Lingkungan Sehat adalah Lingkungan Bebas Polusi.

Tahukan Anda bahwa Sampah lebih Berbahaya daripada Polusi Asap ?

Sampah  yang kita buang sehari–hari apabila tidak ditangani dengan proses tepat  dan tertimbun  saja di udara terbuka akan mengalami proses dekomposisi secara anaerobic  dan dari proses kimia tersebut dihasilkan gas metana yang mudah terbakar dan mempunyai kekuatan 20-30 kali lebih kuat dari CO2 (Karbondioksida) yang biasa dikeluarkan kendaraan bermotor dan pabrik.
Itu yang  membuat Sampah yang tidak tertangani dengan baik  akan lebih berbahaya dari pada polusi asap.

Dari 1 ton sampah padat organik bisa menghasilkan 50 kg gas metana dan menghasilkan pula gas C02 , jadi sampah adalah penyumbang terbesar dalam perubahan iklim global karena memberi kontribusi dengan melepas kedua gas tersebut ke atmosfir untuk menciptakan efek gas rumah kaca. Selain peningkatan suhu bumi, sampah juga menimbulkan banyak persoalan yang merugikan masyarakat secara langsung seperti wabah penyakit (diare, kolera, typhus, infeksi, dll), kerusakan sarana dan prasarana akiba banjir yang disebabkan oleh sampah, longsor, erosi.
Masyarakat kita terutama di kota besar  sering  membuang sampah di sembarang tempat.
Oleh karena itu, mari kita bersama-sama saling mengingatkan untuk tidak membuang sampah sembarangan melainkan mencoba melakukan proses 3 R (Reduce, Reuse, Recycle) untuk mencegah kerusakan bumi kita.
Contohnya:
1.Kurangi pemakaian barang sekali pakai , pakailah barang yang dipakai beberapa kali seperti yang sederhana mengisi sabun cair anda dengan Refilnya , kurangi pemakaian plastik dsb.
2.Sampah Organik kalau ditangani dengan baik dapat dibuat pupuk , pakan ternak atau  dijadikan Bahan Bio Gas   yang manfaatnya  jauh lebih berguna daripada dibuang sembarangan
3. Dari kertas ,plastik, Besi atau kaca kalau dipisahkan dan diproses dengan baik dapat didaur ulang dsb

Berapa lama waktu pembusukan dari benda-benda yang Anda buang ke: sungai/laut  ?

Kertas                                   3-6 bulan
Kain                                      6 bulan-1 tahun
Filter rokok                             5 tahun
Permen karet                         5 tahun
Kayu yang dicat                      13 tahun
Nilon                                     lebih dari 30 tahun
Plastik                                   lebih dari 100 tahun
Logam                                  lebih dari 100 tahun
Gelas                                   1 juta tahun

Sumber: Dari  Buletin Bersih Kota edisi Januari 2010, Direktorat Pengembangan plp, dan berbagai nara sumber lainnya.

Pencemaran dan sampah

Pencemaran dan sampah merupakan penyebab dari kegiatan manusia yang kurang atau tidak mengerti tentang dampak terhadap lingkungan. Hal ini merupakan isu lingkungan hidup yang perlu ditangani secara serius oleh pemerintah atau pihak yang berwenang dalam menangani masalah pencemaran terhadap lingkungan.  Untuk mengatasi masalah dampak lingkungan ini, bukan saja tanggung jawab EPU sebagai pengambil kebijakan melainkan tanggung jawab bersama pihak-pihak terkait seperti Air Bersih, Kesehatan Lingkungan, Infrastruktur, LSM dan masyarakat.



A.        Latar Belakang


Pencemaran dan sampah merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap struktur kimia, air tanah dan udara serta dapat merubah nilai keindahan suatu lingkungan. Pencemaran dan sampah dapat berpengaruh juga terhadap kesehatan masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung.

B.        Pengertian


Pencemaran adalah masuknya zat-zat atau bahan beracun dari kegiatan industri, sampah-sampah yang terbuang dari populasi daerah pemukiman sehingga dapat mengakibatkan perubahan struktur kimia pada lingkungan (air, tanah dan udara).

C.        Maksud dan Tujuan


v     Untuk menghindari pencemaran terhadap lingkungan.
v     Meningkatkan kesadaran masyarakat
v     Menjaga kemungkinan sampah yang telah dibuang tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan
v     Tercapainya pembangunan berwawasan lingkungan untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
v     Melindungi negara dari kegiatan luar wilayah negara, yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.

II.        PEMBAHASAN



A.        Sumber-sumber pencemaran

Saat sekarang



Limbah

v     Sisa bahan makanan dari rumah tangga
v     Kertas, plastik, kardus, botol-botol bekas yang dibuang secara sembarangan di jalan dan pusat-pusat keramaian (kota maupun pedesaan).
v     Air limbah rumah tangga.

Konstruksi

V     Potongan besi, kaleng-kaleng bekas dan asbestos.

Pertanian

V     Pupuk anorganik yang dipakai oleh petani secara berlebihan.
V     Pestisida.

Kendaraan Bermotor

V     Asap dari kendaraan bermotor dan jenis mesin lainnya.
V     Oli bekas

Pariwisata

V     Limbah padat dan cair.
V     Masalah dengan penduduk lokal.

Masa Depan


v     Industri dan pabrik-pabrik.
v     Infrastruktur.
v     Pertambangan (batu bara, marmer, emas,…dll).
v     Perminyakan dan gas.
v     Pariwisata.

B.        Peranan EPU

            Peranan EPU dalam pengendalian terhadap lingkungan meliputi:

v     Menyelenggarakan tugas umum pemerintah dan pembangunan di bidang pengendalikan dampak pencemaran lingkungan.
v     Pengkajian dan penyusunan kebijakan teknis Nasional di bidang pengendalian dampak lingkungan.
v     Penetapan kebijakan teknis di bidang pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan kebijakan umum yang ditetapkan.
v     Pengembangan sistim informasi dan layanan masyarakat dalam rangka pengendalian dampak pencemaran lingkungan.
v     Pemantauan, pemeriksaan dan pengawasan dalam rangka pengendalian dampak lingkungan.

C.        Regulasi


Untuk menegakan hukum tentang lingkungan hidup di Timor Lorosa’e, maka Pemerintah (EPU) berupaya untuk menerapkan beberapa peraturan yang mengatur tentang lingkungan hidup, namun sebelumnya kami mohon maaf karena di antara peraturan yang akan disajikan ini, sebagian besar masih mengadopsi peraturan pemerintah Indonesia, sedangkan satu diantaranya adalah produk pemerintahan transisi (UNTAET).  Peraturan yang dimaksud adalah:
1.                  Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 1990 tentang pencemaran air.
2.                  Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 1997 pasal 6 ayat 1 dan 2 yang berbunyi sebagai berikut: setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menangulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, setiap orang yang melakukan usaha atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
3.                  Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 1999 tentang Analisasi Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
4.                  Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara.
5.                  Peraturan Pemerintah No 85 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya atau beracun.
6.                  Peraturan UNTAET No 19 Tahun 2000 tentang kawasan yang dilindungi.

Peraturan-peraturan ini dalam pelaksanaannya sangat sulit, mengingat ini adalah peraturan Indonesia, sedangkan sebagai negara baru kita tentunya perlu peraturan sendiri yang sesuai dan cocok untuk keadaan kita sendiri.

III.       PENUTUP


A.        Kesimpulan


Penangan terhadap sumber-sumber pencemaran dan sampah di Timor Lorosa’e, harus dilaksanakan dengan serius dan baik.  Sosialisasi peraturan-peraturan lingkungan hidup kepada masyarakat harus dilaksanakan.  Pencemaran dan sampah mempunyai pengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat.

B.        Saran
v     Perlu menerbitkan peraturan tentang pencemaran dan sampah di Timor Lorosa’e
v     Perlu adanya sosialisasi dan penyuluhan secara rutin kepada masyarakat tentang peraturan-peraturan yang mengatur masalah pencemaran dan sampah.
v     Koordinasi antara Departemen dan NGO dalam rangka penanganan masalah pencemaran dan sampah misalnya, bagian Air Bersih, Civpol, bagian Penanaman Modal dan Urusan Hukum.

Minggu, 27 November 2011

prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah

* Mengurangi (bahasa Inggris: reduce)
Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
* Menggunakan kembali (bahasa Inggris: reuse)
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, buang (bahasa Inggris: disposable).
* Mendaur ulang (bahasa Inggris: recycle)
Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri tidak resmi (bahasa Inggris: informal) dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
* Mengganti (bahasa Inggris: replace)
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.Jangan sampai sampah menjadi gunung buatan baru.

  • Cara Mengolah Sampah Organik Menjadi Kompos

Pengomposan sampah kota umumnya sama saja seperti pengomposan bahan baku lainnya.[8] Hanya yang patut dipikirkan adalah jumlah bahan organik kering yang digunakan dalam pencampuran bahan baku proses pengomposan.[8] Pengomposan secara sederhana bisa dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.[3]
[sunting] Pengomposan Menggunakan Drum Plastik

Pengomposan menggunakan drum plastik sangat cocok diterapkan untuk mengolah sampah rumah tangga.
[sunting] Bahan Dan Peralatan Yang Digunakan

1. Ember atau drum plastik yang telah dimodifikasi (dibuat berlubang) dengan kapasitas minimum 100 kg.
2. Bioaktivator cair (metode aerob) atau bioaktivator padat (metode anaerob).
3. Bahan baku sampah organik (hindari daging, tulang, duri ikan, sisa makanan berlemak, susu, kotoran anjing, kucing, dan babi).

  • Cara Membuat

1. Cacah bahan baku hingga berukuran 2-5 cm.
2. Taburkan bioktivator OrgaDec 0,5% ke atas bahan baku, aduk hingga tercampur rata.
3. Siram dengan air hingga diperoleh kelembapan yang diinginkan (50-60%), langsung masukkan ke dalam drum plastik.
4. Inkubasi selama 1-2 minggu, tergantung dari bahan bakunya.
5. Pada hari ketiga atau hari kedelapan perlu dilakukan pengadukan atau pembalikkan secara manual agar aerasi di dalam drum berlangsung baik.

  •  Proses Pembuatan Kompos Aktif Ekspres (24 jam)
  • Bahannya:

1. Jerami kering, daun-daun kering, sekam, serbuk gergaji, atau bahan organik apa saja yang dapat difermentasi (20 bagian).
2. Kompos yang sudah jadi (2 bagian).
3. Dedak 1 bagian.
4. Dectro disesuaikan dengan dosis (5 sendok makan).
5. Air disesuaikan dengan dosis (20 liter).

  • Cara Membuat

1. Cacah atu giling bahan baku kompos hingga agak halus, lalu campurkan dengan dedak dan kompos yang sudah jadi.
2. Larutkan Dectro ke dalam air.
3. Siramkan secara merata larutan Dectro ke dalam campuran bahan baku sampai kadar airnya mencapai 45-50%.
4. Tumpuk campuran bahan baku tersebut di atas ubin yang kering dengan ketinggian 30-35 cm, lalu tutup menggunakan karung goni.
5. Pertahankan temperatur 40-600 C.
6. Setelah 24 jam, kompos aktif ekspres selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.

Macam-Macam Kompos

1. Kompos Praktis I.
2. Kompos Praktis II.
3. Kompos Praktis III.
4. Kompos Sampah Rumah Tangga.
5. Kompos Tinja.
6. Kompos BIPIK.

  • Berikut ini beberapa manfaat pembuatan kompos menggunakan sampah rumah tangga.

* Mampu menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan.
* mengurangi tumpukan sampah organik yang berserakan di sekitar tempat tinggal.
* Membantu pengelolaan sampah secara dini dan cepat.
* Menghemat biaya pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA).
* Mengurangi kebutuhan lahan tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
* Menyelamatkan lingkungan dari kerusakan dan gangguan berupa bau, selokan macet, banjir, tanah longsor, serta penyakit yang ditularkan oleh serangga dan binatang pengerat.

Kekurangan Mengolah Sampah Organik
Setelah menjadi pupuk kompos, pupuk siap untuk digunakan sebagai penyubur tanah.Adapun kekurangan pupuk kompos adalah unsur hara relatif lama diserap tumbuhan, pembuatannya lama, dan sulit dibuat dalam skala besar. Oleh karena itu untuk mendukung peningkatan hasil-hasil pertanian diperlukan pupuk buatan.

Sampah organik bisa dibuat sebagai bahan bio massa

Briket Sampah

bri2

Sampah organik ternyata tidak cuma bisa diolah menjadi kompos tetapi juga bisa dibuat sebagai bahan bio massa. Bentuk paling sederhananya adalah dibuat menjadi briket. Jika selama ini, nenek moyang kita menggunakan aneka dedaunan dan ranting sebagai bahan bakar pada tumangnya (tungku batu), prinsip kerja briket sampah pun sama, sebagai bahan bakar alternatif pada kompor alternatif. Kenapa perlu dibuat briket? Alasan utama adalah sampah yang sudah dibriket bisa disimpan,sehingga ketika musim hujan tiba sementara daun dan ranting menjadi lembab, maka ada alternatif  bahan bakar yang murah meriah.
Proses pembuatannya seperti ini:
bahan baku& alat:
  • Dedaunan, serasah, jerami kering, ranting-ranting, daun bambu
  • Lem kanji secukupnya
  • Alat cetak dari potongan bambu/pipa PVC/gelas aqua ukuran 5-8 cm
  • Bilah kayu/bambu sebagai alat tekan
  • Tong kecil/tempayan tanah liat sebagai alas bakar sampah
Cara membuatnya:
Pertama, sampah dan ranting dibakar dalam tong/tempayan tanah liat atau dibakar langsung diatas tanah. Proses membakarnya dipisahkan berdasarkan jenis bahan sampahnya karena waktu pembakarannya berbeda-beda. Dibakar cukup menjadi arang saja jangan sampai menjadi abu. Jika sudah mengarang siram dengan air dan biarkan dingin
bri1

Kedua, campur arang sampah dengan lem kanji secukupnya hingga adonan menyatu
Ketiga, masukkan adonan arang sampah kedalam cetakan dorong kuat-kuat, lalu jemur dibawah matahari langsung selama +/- 2 hari hingga benar-benar kering.
Jika ingin dipakai, aplikasikan pada kompor briket dengan cara dibakar langsung. Tidak perlu direndam dalam minyak tanah, mudah, murah dan manfaatkan?
Notes:
bahan baku briket bisa diganti dengan
  1. Serbuk kayu atau serbuk gergaji
  2. Kompos yang sudah matang
  3. Kotoran ternak /sapi

Sabtu, 26 November 2011

Sampah Masih Jadi Masalah Dunia

Yogyakarta, Warta Kota
Sampah masih menjadi masalah dunia. Sampah bahkan berada di peringkat dua sebagai penyebab perubahan iklim, setelah kerusakan hutan.
Ketua Dewan Nasional Perubahan Iklim Rachmat Witoelar mengingatkan hal itu di Yogyakarta ketika menghadiri Konferensi ke-10 Asia Pasific Roundtable for Sustainable Consumption and Production (APRSCP), 10-11 November 2011.
Timbunan sampah, menurut dia, itu terjadi karena orang perorang belum memiliki kesadaran menjaga lingkungan. "Perubahan iklim dunia, salah satunya dipicu oleh timbunan sampah," katanya.
Ia mengatakan, untuk mengatasi perubahan iklim akibat sampah, seluruh rakyat Indonesia hendaknya mengubah perilaku dari sekadar membuang, menjadi memanfaatkan sampah. "Saya melihat Indonesia punya komitmen untuk mengurangi sampah melalui proses daur ulang," katanya.
Menurut dia, komitmen mengurangi sampah juga harus diikuti negara maju untuk mengurangi emisi gas karbon dioksida dari kalangan industri guna mengatasi perubahan iklim dunia. "Pengurangan emisi gas karbon juga patut menjadi perhatian serius seluruh negara, selain sampah," katanya.
Selain itu, kata Rachmat Witoelar, masyarakat Indonesia diharapkan menggunakan energi secara efisien, dan ramah lingkungan
Sekretaris Kementerian Lingkungan Hidup Hermien Rosita mengatakan 90 persen dari seluruh produksi sampah di Indonesia belum diproses daur ulang menjadi barang bernilai ekonomi. "Sampah yang sudah dimanfaatkan menjadi barang bernilai ekonomi hanya sekitar lima hingga 10 persen. Contohnya daur ulang sampah plastik, kaleng, dan kertas melalui bank sampah," katanya.
Ia menyebutkan setiap hari produksi sampah di kawasan metropolitan mencapai 2.000 hingga 6.000 ton.
Sedangkan kota-kota besar, menurut dia memproduksi sebanyak 1.000 hingga 3.000 ton sampah per hari. "Produksi sampah terbesar berasal dari rumah tangga," katanya.
Menurut dia, jumlah sampah yang didaur ulang sangat sedikit karena dipengaruhi pola hidup masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan. "Bahkan masyarakat selama ini belum terbiasa memisahkan sampah untuk kepentingan jangka panjang," katanya.
Pemerintah Indonesia, kata dia, menargetkan pada tahun-tahun mendatang daur ulang sampah sebanyak 30 persen dari sampah yang dihasilkan per hari dalam lima hingga 10 tahun. "Melalui program Indonesia bersih, pola pikir masyarakat perlu diubah untuk memanfaatkan sampah," kata Hermien Rosita.
Belum ada titik temu
Pengurangan emisi gas karbon, terutama dari industri, juga patut menjadi perhatian serius seluruh negara. Sebab, emisi gas karbon dioksida atau gas rumah kaca, juga mempercepat perubahan iklim dunia, disamping sampah.
Negara maju dan negara berkembang, sampai sekarang belum satu suara untuk berkomitmen menurunkan emisi gas karbon dioksida. "Belum ada titik temu," kata Ketua Dewan Nasional Perubahan Iklim Rachmat Witoelar di Yogyakarta.
Ia mengatakan sampai sekarang belum terjadi kesepakatan antara negara-negara maju dengan negara-negara berkembang tentang pengurangan gas emisi karbon dioksida (CO2).
"Negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia, berseberangan pendapat dengan negara-negara maju tentang pengurangan emisi gas karbon dioksida," katanya.
Menurut dia, perbedaan pendapat tentang itu selalu muncul dalam berbagai forum internasional yang membahas masalah perubahan iklim dunia.
Rachmat Witoelar mengatakan negara-negara maju tidak mau mengurangi emisi gas karbon dioksida sesuai kesepakatan dalam Protokol Kyoto, yakni pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 26 hingga 40 persen.
"Negara-negara maju hingga kini masih bersikukuh dengan pendapatnya, tidak mau mengurangi emisi gas karbon yang dihasilkan dalam proses industri," katanya.
Menurut dia, sikap negara-negara maju yang tidak mau mengurangi emisi gas karbon menunjukkan sikap yang kurang peduli terhadap kerusakan dunia.
"Sebagai negara yang terhormat, tidak pantas bersikap seperti itu. Semestinya negara-negara maju menjalankan tanggung jawab, terkait dengan kerusakan dunia yang disebabkan oleh industri secara besar-besaran," katanya.
Ia mengatakan jika dilihat dari sejarah perkembangan industri, maka negara maju terlebih dahulu menjadi penyebab perubahan iklim akibat emisi gas karbon dioksida. "Polusi udara akibat gas emisi karbon dioksida banyak disumbang negara maju yang telah mendirikan industri puluhan tahun lalu," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, negara maju harus bertanggung jawab terhadap pencemaran emisi gas karbon dioksida. "Amerika Serikat misalnya, sebagai salah satu negara maju seharusnya bisa melakukan hal yang lebih baik untuk mengurangi emisi gas karbon dioksida," katanya.
Ia mengatakan posisi Indonesia dalam forum internasional, selalu berkomitmen menurunkan emisi gas karbon dioksida sesuai ketentuan dalam Protokol Kyoto. "Indonesia berkomitmen menurunkan emisi gas karbon sebesar 26 persen sesuai konvensi," katanya.
Menurut dia, Indonesia juga akan terus mendukung dan berempati terhadap negara-negara berkembang yang mengalami kondisi lingkungan yang memprihatinkan akibat perubahan iklim.
Oleh karena itu, kata Rachmat Witoelar, negara-negara berkembang terus mendesak negara maju untuk mengikuti ketentuan konvensi tentang penurunan emisi gas karbon.
"Kami terus membujuk negara-negara maju melalui dialog di berbagai forum internasional, dan Indonesia sebagai salah satu negara yang juga dirugikan akibat emisi gas karbon, beberapa kali telah berbicara keras tentang emisi di sejumlah forum internasional," katanya.
Sempat stres

Ia mengatakan beberapa delegasi Indonesia di forum internasional bahkan sempat stres membujuk negara maju agar lebih peduli pada perubahan iklim.
Kenyataan tersebut yang menjadi kendala yang dihadapi negara berkembang saat ini. Tidak ada konsensus dalam berbagai konvensi internasional, terkait dengan masalah itu.
"Jika 10 anggota dari 180 negara anggota yang berbicara pada forum internasional, maka konsensus tidak akan terjadi," katanya.
Ia mengatakan negara-negara berkembang akan terus berdialog dengan negara maju pada Desember 2012 guna membahas perubahan iklim, di Durban. "Kami akan terus berbicara dan mendorong negara maju melihat sisi kemanusiaan akibat perubahan iklim," katanya.
Menurut, batas kesepakatan seluruh negara tentang pengurangan emisi gas karbon adalah pada 2012. "Semua negara harus menghasilkan kesepakatan pada 2012 untuk mengatasi perubahan iklim yang semakin berlangsung cepat," katanya. (Ant/Masduki Attamami)