Sabtu, 26 November 2011

Studi Sistem Pengelolaan Sampah Dikota Bandar Lampung

Happy Suryati H. Sampah merupakan buangan padat (solid wastes) yang mempunyai komposisi sebagian besar organik dan sisanya terdiri dari plastik, kertas, kain, karet, tulang dan lain-lain. Masalah pembuangan sampah di perkotaan seringkali menjadi beban karena menyangkut pembiayaan untuk angkutan sampah, lokasi pembuangan, kesehatan dan kebersihan lingkungan. Beban pengelolaan sampah semakin meningkat dengan bertambahnya volume sampah akibat pertambahan jumlah penduduk dan perilaku masyarakat. Sebagai kota yang sedang berkembang menjadi metropolitan, Bandar Lampung mengalami masalah seperti yang telah dijelaskan diatas. Produksi sampah meningkat dan pemerintah kota mempunyai kemampuan yang sangat terbatas. Masalah yang dihadapi oleh Kota Bandar Lampung antara lain adalah rendahnya jangkauan pelayanan khususnya untuk sampah domestik, tingginya kebutuhan akan land fill, serta tingginya subsidi pemerintah yang mengakibatkan masyarakat tidak perduli terhadap jumlah sampah yang dihasilkan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengelolaan sampah kota yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung dari aspek manajemen pengelolaan, kemampuan kelembangaan dan sistem pembiayaan sudah berwawasan lingkungan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non experimen dan melakukan pengamatan langsung di lapangan, dilaksanakan di Kota Bandar Lampung, yaitu di Kelurahan Way Halim Permai, Pahoman, Gunung Sari. Metode pengumpulan data dengan kuisioner, pengamatan langsung di lapangan, analisis dokumen, dan literatur. Didapat data berupa data primer dari kuisioner. Data sekunder diambil dari instansi terkait yaitu Dinas Kebersihan Kota Bandar Lampung, Dinas Pasar, Kecamatan, Badan Pusat Statistik dan dari literatur. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 KK. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung secara keseluruhan sudah baik hanya saja belum berwawasan lingkungan, karena pengelolaan baru sebatas menjalankan sistem pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan, belum menjalankan aspek keberlanjutan misalnya belum melakukan pemisahan sampah dari sumbernya dan belum adanya tindakan pengolahan sampah menjadi barang yang lebih berguna,misalnya pembuatan kompos. 2) Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh SOKLI ternyata lebih intensif tenaga kerja yaitu sebanyak 997 orang, sedangkan Dinas Kebersihan dan Keindahan lebih intensif kapital yang menyebabkan biaya yang lebih tinggi yang disebabkan besarnya biaya operasional truk dan kendaraan lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar