Di galeri yang sekelilingnya pot-pot bunga ini, dipamerkan tas-tas daur ulang buatan seorang Ibu bernama Juariah Djajang (45), warga Tamansari bawah No 18/59 RT02 RW 20. Juariah sudah berkiprah sebagai pengrajin tas daur ulang sejak 2006 silam.
"Awalnya ada pelatihan memisahkan sampah-sampah organik dan anorganik. Tapi setelah melihat di televisi dan pameran, maka terinspirasi untuk membuat tas-tas dari bahan anorganik ini," tutur Juariah.
Tas-tas dibuat dari sampah plastik produk-produk rumah tangga yang mungkin tak pernah diduga bisa memberikan nilai ekonomi. Bungkus-bungkus deterjen, kopi instan, mie instan, pewangi pakaian, makanan ringan, bahan makanan, dan pembungkus-pembungkus lainnya dijadikan tas-tas unik yang bisa digunakan untuk beraktivitas.
Dari segi desain, tas-tas yang dipamerkan bisa dikatakan tidak ketinggalan jaman, masih up to date sekaligus lain dari yang lain. Dari mulai tas jinjing, tas kepit, tas kosmetik, sampai tas anak.
"Saya beli majalah-majalah tas untuk melihat bagaimana model-model tas juga pembuatannya," jelas Ibu beranak dua ini.
Menurut Juariah, bungus-bungkus tersebut dibersihkan lalu digabung-gabungkan untuk dipola sesuai dengan model tas yang akan dibuat. Setelah itu langsung dijahit dengan mesin jahit biasa. Sebagai puringnya digunakan juga kain untuk bahan tas yang warnanya disesuaikan dengan bungkus-bungkus plastik. Tas-tas tersebut tak hanya penggabungan dari bungkus-bungkus yang berbentuk persegi tapi ada pula tas yang dianyam dari bungkus mie instan.
Menurut Juariah, awalnya dirinya hanya menggabung-gabungkan dari bahan yang tersedia. "Tapi lama-lama saya mulai mereka-reka desain dan mempadupadankan warna-warnanya," jelasnya.
Harga setiap tas bervariasi, dari mulai Rp 25 ribu sampai Rp 75 ribu, ada juga yang sampai Rp 100 ribu. Tinggal memesan atau datang saja ke rumah Juariah. Para pelanggannya banyak juga yang berasal dari mahasiswa. Tak perlu ragu untuk memakai tas-tas unik ini. Musuhnya hanya dua yaitu gunting dan api.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar